Jumat, 24 Agustus 2018



Nabi Ibrahim



Kita tahu Nabi Ibrahim alaihis salam diperintah Allah untuk meninggalkan istri dan putranya, Ismail, yang masih menyusui di sebuah lembah tandus yang kemudian berkembang menjadi kota Mekah Al-Mukaramah. Baru bertahun-tahun kemudian, ketika Ismail telah menapaki usia anak-anak, sang Ayah datang berkunjung. Dari sudut mata awam, kejadian ini adalah versi luar biasa dari hal yang dialami keluarga sehari-hari: suami bekerja meninggalkan istri dan anaknya di rumah, untuk kemudian kembali di sore hari.




Dengan kata lain: waktu Nabi Ibrahim alaihis salam bersama putranya Ismail sangat terbatas. Lalu bagaimana mungkin ketika Beliau menemui sang putra, ternyata putranya telah menjadi seorang anak yang shalih, yang begitu patuhnya pada perintah Allah sampai siap mengorbankan lehernya untuk disembelih ayahnya sendiri?




Untuk menjawab pertanyaan itu, para Ulama Shirah bisa menyampaikan poin-poin yang lebih berbobot, tetapi setidaknya saya bisa sampaikan dua poin sebagai awalan:




1. NABI IBRAHIM ALAIHIS SALAM MEMASRAHKAN ISTRI DAN PUTRANYA KE DALAM KEKUASAAN ALLAH.




Siapa sih Ayah yang tega meninggalkan istri dan putra pertama yang sudah begitu lama dinantikan, di padang gersang tanpa air, makanan dan tetangga? Tetapi Nabi Ibrahim patuh kepada perintah Allah.




Nah, agar bisa meneladani kehidupan Nabi Ibrahim alaihis salam, sebagai orangtua kita harus juga patuh pada perintah Allah semaksimal mungkin. Bila kita patuh dengan maksimal, Allah akan turunkan ketenangan di hati kita. Bila hati kita tenang, dengan mudah kita bisa memasrahkan keluarga kita sepenuhnya pada Kekuasaan Allah.




2. NABI IBRAHIM ALAIHIS SALAM MENDOAKAN KELUARGANYA.




Jamak sih bila saat suami pergi bekerja, istri mendoakan agar urusan suaminya dipermudah. Tapi yang banyak dilupakan, suami juga harusnya mendoakan keluarganya yang ditinggal di rumah.




Doa Beliau di antaranya:




“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.” (QS As-Saffaat [37]: 100)




“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (QS Ibrahim [14]: 35)




Doa Ibrahim alaihis salam agar diberi anak yang shalih dikabulkan Allah dengan memberi Beliau seorang putra yang amat sabar: Ismail alaihis salam.




Nabi Ibrahim alaihis salam juga berdoa agar negeri yang dibangun dan ditinggalkannya itu dalam keadaan aman dan agar ia dan anak cucu yang menghuni negeri itu dijauhkan dari perbuatan syirik.




Nah, agar kita bisa seperti Nabi Ibrahim, jangan lupa doakan dan upayakan agar tauhid tegak dalam keluarga kita. Tak ada anggota keluarga kita yang aqidahnya goyang dengan melakukan hal syirik. Nabi Ibrahim tak hanya berdoa untuk dirinya sendiri, tetapi juga buat keturunan beliau. Agar apa? Agar tak hanya aman dan sejahtera, tetapi juga agar jadi orang-orang yang menegakkan tauhid.




Jadi yuk saling mendoakan. Saat suami berangkat berjuang mencari nafkah, istri dan anak mendoakan. Di tempatnya bekerja, hendaklah suami juga ingat dan mendoakan agar keluarganya di rumah diberi keamanan, kesejahteraan dan tetap tegak aqidahnya.




(Sumber: Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 dan 8)




By : Eka Wardhana (penulis buku Mute)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Materi online kelas 5